{"id":268,"date":"2024-08-19T13:17:13","date_gmt":"2024-08-19T13:17:13","guid":{"rendered":"https:\/\/jabaraktual.com\/?p=268"},"modified":"2024-08-19T13:17:13","modified_gmt":"2024-08-19T13:17:13","slug":"menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/","title":{"rendered":"Menelisik Gerakan Jam\u2019iyah NU di Perkotaan"},"content":{"rendered":"

Nahdlatul Ulama (NU)\u00a0<\/b><\/span>merupakan salah satu dari dua organisasi Islam terbesar di Indonesia saat ini. Sejak dilahirkannya jami\u2019yah (organisasi) NU memiliki wajah khas, kultur pesantren cerminan dasar jam\u2019iyah ini. Episentrumnya adalah kharisma Kiai sebagai pemimpin dipandang cakap memiliki otoritas untuk memimpin jam\u2019iyah NU.<\/p>\n

Islam di Indonesia menjadi agama mayoritas, namun dalam struktur masyarakatnya terdiri dari berbagai tipologi massa. Antropolog seperti Clifford Geertz\u00a0 menyebut sebagai percampuran kelompok massa khusunya manyarakat di Jawa. Memiliki tiga varian masyarakat; abangan, santri dan priyai. Tipologi masyarakat abangan, menurut Geertz menekankan aspek animisme, sementara kaum santri mewujudkan aspek ke-islam-an yang kuat, sedangkan kelompok priyayi menekankan pada aspek ajaran Hindu mereka di dominasi oleh kelompok menak. (1960:5).<\/p>\n

Jika dilihat dari tiga tipologi yang dirumuskan Geertz, maka kelompok Islam NU masuk pada tipologi jenis kedua yaitu santri, meminjam istilah Geertz disebut \u201cvarian santri.\u201d<\/p>\n

Kelompok varian santri ini membentuk jama\u2019ah yang mengamalkan karakteristik (amaliah) Islam seperti NU boleh dibilang mayoritas di Indonesia. Salah satu potret besar itu adalah amaliah kelompok muslim di perkotaan, meski tak sebesar di pedesaan, muslim perkotaan banyak mengamalkan amaliah Islam seperti NU, seperti di Kota Bandung, namun penulis kesulitan menemukan atau mencari landasan secara data kualitatif, yang dituntun pada data ilmiah, apakah secara umum masyarakat islam di perkotaan jadi mayoritas pengamal tradisi Islam NU saat ini atau kebalikannya, untuk pada sebuah kesimpulan itu, validasi tersebut perlu riset tersendiri.<\/p>\n

Jika dilihat dari fenomena sosial ke agama-an masyarakat muslim perkotaan, misalnya di Kota Bandung, di banyak tempat warganya terlihat mengamalkan karakteristik Islam seperti NU dan juga menurut keterangan para Kiai dan para tokoh-tokoh pesantren \u00a0setempat mengatakan eksistensi muslim di Kota Bandung menurutnya terkonsentrasi amaliahnya pada karateristik Islam yang diajarkan NU, seperti melaksanakan tahllil, qunut shubuh, shalawat-an, baca barzanji, berziarah kubur, dan seterusnya, akan tetapi hal itu tak mencerminkan kuantitatif yang besar secara jam\u2019iyah (organisatoris).<\/p>\n

Hal ini bisa dilihat dalam gerakan politik dan capaian kekuasaan di Kota Bandung yang menjadi mayoritas di kursi parlemen maupun pemerintahan, orang-orang NU atau yang berafiliasi terhadap aspirasi politik warga NU tidak menjadi mayoritas. Masih kalah oleh Partai lain, sebut saja PKS, sejak reformasi PKS memilki mayoritas kursi di parlemen Kota Bandung dan salah satu kader mereka pernah jadi orang nomor 1 di Kota Bandung.<\/p>\n

Rois Am Syuriah periode 2022-2027 PBNU KH. Miftahul Akhyar\u00a0 menyebut bahwa, \u201cKekuatan jam\u2019iyah Nahdlatul Ulama sebenarnya sangat luar biasa. Tapi, selama ini, banyak warga Nahdlatul Ulama yang hanya memosisikan diri sebagai jamaah, belum ber-jam\u2019iyah. Inilah yang perlu kita jam\u2019iyah-kan.\u201d (Pengantar AD\/ART Keputusan Muktamar Ke-34 NU di Bandar Lampung, 22-24 Desember 2021).<\/p>\n

Rois Am Syuriah PBNU ingin menegaskan bahwa potret besar tersebut belum jadi cermin besarnya gerakan NU secara organisatoris sama halnya apa yang terjadi gerakan NU di Kota Bandung, bahkan dalam konteks ini banyak pihak yang berafiliasi dengan NU mengeluhkan soal redupnya gerakan NU di Kota Bandung secara organisatoris, bahkan secara kumunal di tengah masyarakat.<\/p>\n

Khususnya keluhan itu terlontar dari kelompok kiai dan santri, baik dari sejumlah kelompok muslim NU urban maupun muslim NU perkotaan setempat yang masih berpegang teguh pada ajaran Ahlusunnah wal Jam\u2019ah An-Nahdliyah, yang mana ajaran dan faham NU di perkotaan kini semakin hari semakin tergerus oleh faham-faham islam puritan, digerus oleh faham ajaran Islam ekstremis doktrin ala Wahabi dan Wahabisme, juga gencarnya gerakan faham islam politik, kelompok intoleran, jihadis dan bahkan oleh amaliah gerakan kelompok radikalisme yang kini banyak menyasar warga-warga muslim perkotaan.<\/p>\n

Faktor Redupnya Gerakkan NU di Perkotaan<\/strong><\/p>\n

Hemat penulis, ada banyak faktor mengapa eksistensi gerakan jam\u2019iyah NU di perkotaan khususnya Kota Bandung, untuk tidak menyebut lenyap keberadaannya, ada tapi seperti dalam ketiadaannya (wujuduhu ka adamihi<\/i><\/span>). Fenomena ini dirasakan seperti ada sengkarut yang tidak bisa diurai, sengkarut tersebut bisa jadi dari faktor internal maupun eksternal.<\/p>\n

Internalisasi jam\u2019iyah atau organisatoris menjadi asas penting dalam kemajuan NU di perkotaan khusunya gerakan NU di Kota Bandung, selanjutnya untuk bisa diidentifikasi lebih jauh dalam sengkarut ini, mengapa katup NU seperti tak terbuka lebar? Sehingga nafasnya hanya membuka sedikit-sedikit,aroma wangi jam\u2019iyah NU menjadi tidak terhirup oleh jama\u2019ah yang besar ini, pertanyaan ini sangat sulit, tetapi perlu terus dicermati apa yang menjadi akar persoalannya.<\/p>\n

Oleh karena itu tak salah jika ada pihak yang menuding penyebab meredupnya NU di perkotaan khususnya Kota Bandung, setidaknya ada tiga faktor secara internal. Pertama, bisa disebabkan dalam tubuh internal jam\u2019iyah NU itu sendiri, dalam mengelola jam\u2019iyah tidak lagi memosisikan kiai sebagai pemimpin tertinggi, sehingga kharisma Kiai sebelumnya jadi cermin penting jam\u2019iyah NU seharusnya memiliki otoritas penuh dalam jam\u2019iayah, namun, sepertinya kini kharisma itu hanya dipakai untuk keperluan ketika konferensi atau muyawarah pemilihan saja.<\/p>\n

Penyebab kedua kemungkinan besar kelompok intelektual pesantren sebagai khas NU yang menjadi garda paling depan, sejak dilahirkannya NU itu telah diabaikan, tidak dilibatkan penuh dalam mengelola jam\u2019iyah, apalagi kelompok intelektual pesantren tidak lagi menjadi arus utama dalam mengelola jam\u2019iyah NU di perkotaan, sehingga gerakannya NU dan gerakan pemikir santri tersebut mengalami penyumbatan.<\/p>\n

Penyebab ketiga kemungkinan, internal jam\u2019iyah telah diklaim para pembajak Kiai dan Pesantren, para pembajak memakai dua jubah kebesaran itu dengan menggerus garis Khittah NU dengan merefer cara politik Machiavelli, sehingga gerakan jam\u2019iyahnya terlalu banyak\u00a0offside<\/i><\/span>, bahkan AD\/ART NU tidak lagi menjadi panduan penting dalam ber-jam\u2019iyah, sehingga terjadi banyak pelanggaran.<\/p>\n

Jika demikian hal itu bisa berakibat meredup karisma kiai dan intelektualime pesantren dalam tubuh jam\u2019iyah NU di perkotaan, karena kiai dan santri, tidak lagi dijadikan arus utama dalam mengelola jam\u2019iyah.<\/p>\n

Oleh karena itu Rois Am PBNU KH. Miftahul Akhyar mengatakan \u201cPemahaman terhadap AD\/ART merupakan pintu gerbang dalam proses men-jam\u2019iyah-kan jamaah tersebut.\u201d (Pengantar AD\/ART NU Keputusan Muktamar Ke-34 NU di Bandar Lampung, 22-24 Desember 2021).<\/p>\n

Tak kalah penting untuk disikapi serius oleh para pengurus NU di perkotaan, adalah adanya faktor eksternal yang menggerus faham NU di tengah publik, yaitu dominasi kelompok-kelompok yang berseberangan dengan faham akidah Ahlussunnah wal Jama\u2019ah An-Nahdliyah yang kini telah mengkristal di perkotaan keberadaannya, bisa saja kelompok mereka telah menjadi arus utama mempengaruhi dan mendoktrin masyarakat dengan ajaran faham intoleran, puritan (wahabisme), radikal (jihadis), dan sejenisnya. Bahkan pada titik paling ekstrem gerakan mereka telah mendegradasi ajaran NU bahkan melemahkan kekuatan NU, dan pada titik paling rendah meleyapkan secara jama\u2019ah.<\/p>\n

Pergumulan fenomena tersebut menjadi tantangan berat bagi pengurus-pengurus jam\u2019iyah NU di perkotaan, sekaligus berbenah merapihkan internal jam\u2019yah dari anasir kepentingan kekuasaan (politik tertentu), harus bersih dari ambisi pribadi dan sebaiknya tak menjadi selebritas ketika sudah menjadi pengurus.<\/p>\n

Karena sepanjang sejarah, hancurnya gemilang imperium Islam pada era klasik dan runtuhnya kharisma Mazhab pada masa lampau bermuara pada pangkal persoalan ambisi kekuasaan dan ketamakan terhadap gemerlap kilauan dunia serta kolusi bersama keron-keroni.<\/p>\n

Untuk itu kemandirian NU yang ditegaskan Ketua PBNU KH. Yahya Chalil Staquf sangat penting untuk di bumikan sampai tingkat ranting, menurutnya \u201cSalah satu aspek kemandirian itu adalah Nahdltul Ulama harus bisa lepas sepenuhnya dari pengaruh dan anasir partai politik mana pun.\u201d (Pengantar AD\/ART NU Keputusan Muktamar Ke-34 NU di Bandar Lampung, 22-24 Desember 2021).<\/p>\n

Dengan demikian langkah strategis menjalankan gerakan NU dalam berkhidmat pada ummat tidak berada dalam bayang-bayang kekuasaan politik praktis yang menggiring pada perpecahan internal jam\u2019iyah atau bahkan menjadi redupnya penerangan NU di tengah umat.<\/p>\n

Menski dalam tradisi keagamaan di kalangan santri atau sistem kebiasaan dalam keagamaan masyarakat Jawa pada umumnya tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan politik, oleh Cliffort Geertz disebut melakukan\u00a0political Islamic organizations.<\/i><\/span><\/p>\n

Menurut Cliffort Geertz (1960 : 6) kelompok santri tidak hanya menjalankan pelaksanaan ritual dasar Islam secara teliti dan teratur seperti shalat, puasa, haji\u2014tetapi juga mencakup seluruh organisasi sosial, kedermawanan serta organisai politik Islam.<\/p>\n

Namun, jika melihat subtansi tujuan NU dalam Khitah 1926 ialah meningkatkan hubungan antar ulama dari berbagai mazhab Sunni, melakukan riset kitab-kitab di pesantren untuk melakukan keselarasaan dengan ajaran Ahlussunnah wal Jama\u2019ah, mendakwahkan berdasarkan empat mazhab, mendirikan madrasah, pesantren, mengurus masjid, tempat-tempat ibadah dan pondok pesantren, mengurus yatim piatu dan fakir miskin, membentuk organisasi untuk memajukan pertanian, perdagangan dan industri\u00a0 makanan halal berdasarkan ajaran Islam. (John L. Esposito. 2001 :142. Vol 4).<\/p>\n

Khittah 1926 bisa disebut landasan dalam berpijak menuju kemandirian NU di masa kini dan yang akan datang, karena itu NU tercerabut dari anasir-anasir kepentingan politik praktis begitu penting dalam mebangun peradaban. Khittah 1926 lebih dari sebuah pernyataan kebanggaan bahwa jam\u2019iyah NU dalam sejarah republik ini kembali ke arah yang tepat dalam mengelola kemandirian jam\u2019iyah, sehingga mampu mewujudkan jargon NU \u201c Merawat Jagad Membangun Peradaban.\u201d<\/p>\n

Tentu tulisan ini bukan pendapat final untuk menumbuhkan kesadaran berjam\u2019iyah NU khususnya gerakan NU di perkotaan, suka atau tidak, jam\u2019iyah NU agar mampu mandiri dan jam\u2019iyah bisa terwujud harus terbebas dari ambisi pribadi dan anasir hawa nafsu jabatan dan kekuasaan internal ansich. Akan tetapi bagaimana memiliki kekompakan untuk meraih kekuasaan eksternal, selain manfaatnya bisa dirasakan bagi internal, kekuasaan eksternal pun berfaedah bagi masyarakat banyak. Tentu kesadaran ini membutuhkan keberanian dan juga adannya faktor lain, ilmu kalam menyebutnya sebagai\u00a0mumkinul wujud<\/i><\/span>.***<\/p>\n

Penulis : WS Abdul Aziz, Katib Syuriah MWC NU Cicendo Kota Bandung.<\/i><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Nahdlatul Ulama (NU)\u00a0merupakan salah satu dari dua organisasi Islam terbesar di Indonesia saat ini. Sejak dilahirkannya jami\u2019yah (organisasi) NU memiliki wajah khas, kultur pesantren cerminan dasar jam\u2019iyah ini. Episentrumnya adalah kharisma Kiai sebagai pemimpin dipandang cakap memiliki otoritas untuk memimpin jam\u2019iyah NU. Islam di Indonesia menjadi agama mayoritas, namun dalam struktur masyarakatnya terdiri dari berbagai …<\/p>\n","protected":false},"author":3,"featured_media":269,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[33],"tags":[28,82,83,81,25],"newstopic":[],"class_list":["post-268","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-opini","tag-headline","tag-jamiyah","tag-muslim","tag-nu","tag-nu-kota-bandung"],"yoast_head":"\nMenelisik Gerakan Jam\u2019iyah NU di Perkotaan - Jabaraktual<\/title>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"id_ID\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Menelisik Gerakan Jam\u2019iyah NU di Perkotaan - Jabaraktual\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"Nahdlatul Ulama (NU)\u00a0merupakan salah satu dari dua organisasi Islam terbesar di Indonesia saat ini. Sejak dilahirkannya jami\u2019yah (organisasi) NU memiliki wajah khas, kultur pesantren cerminan dasar jam\u2019iyah ini. Episentrumnya adalah kharisma Kiai sebagai pemimpin dipandang cakap memiliki otoritas untuk memimpin jam\u2019iyah NU. Islam di Indonesia menjadi agama mayoritas, namun dalam struktur masyarakatnya terdiri dari berbagai ...\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Jabaraktual\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2024-08-19T13:17:13+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-content\/uploads\/2024\/08\/nu-bendera-diusung_1652791903.webp\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"860\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"484\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/webp\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Jabar Aktual\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Ditulis oleh\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Jabar Aktual\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Estimasi waktu membaca\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"9 menit\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/\",\"url\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/\",\"name\":\"Menelisik Gerakan Jam\u2019iyah NU di Perkotaan - Jabaraktual\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-content\/uploads\/2024\/08\/nu-bendera-diusung_1652791903.webp\",\"datePublished\":\"2024-08-19T13:17:13+00:00\",\"dateModified\":\"2024-08-19T13:17:13+00:00\",\"author\":{\"@id\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/#\/schema\/person\/c9bc1fe82a6b1432c019a4f0eaef44b6\"},\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"id\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"id\",\"@id\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-content\/uploads\/2024\/08\/nu-bendera-diusung_1652791903.webp\",\"contentUrl\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-content\/uploads\/2024\/08\/nu-bendera-diusung_1652791903.webp\",\"width\":860,\"height\":484,\"caption\":\"Ilustrasi foto bendara NU (Foto. Dok. nuonline).\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Menelisik Gerakan Jam\u2019iyah NU di Perkotaan\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/#website\",\"url\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/\",\"name\":\"Jabaraktual\",\"description\":\"Membuka Data Melihat Fakta\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":{\"@type\":\"PropertyValueSpecification\",\"valueRequired\":true,\"valueName\":\"search_term_string\"}}],\"inLanguage\":\"id\"},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/#\/schema\/person\/c9bc1fe82a6b1432c019a4f0eaef44b6\",\"name\":\"Jabar Aktual\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"id\",\"@id\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/0d6efb1ee5f30e6d47f22e70a84793c7?s=96&d=mm&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/0d6efb1ee5f30e6d47f22e70a84793c7?s=96&d=mm&r=g\",\"caption\":\"Jabar Aktual\"},\"url\":\"https:\/\/jabaraktual.com\/author\/redaksi-jabaraktual\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Menelisik Gerakan Jam\u2019iyah NU di Perkotaan - Jabaraktual","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/","og_locale":"id_ID","og_type":"article","og_title":"Menelisik Gerakan Jam\u2019iyah NU di Perkotaan - Jabaraktual","og_description":"Nahdlatul Ulama (NU)\u00a0merupakan salah satu dari dua organisasi Islam terbesar di Indonesia saat ini. Sejak dilahirkannya jami\u2019yah (organisasi) NU memiliki wajah khas, kultur pesantren cerminan dasar jam\u2019iyah ini. Episentrumnya adalah kharisma Kiai sebagai pemimpin dipandang cakap memiliki otoritas untuk memimpin jam\u2019iyah NU. Islam di Indonesia menjadi agama mayoritas, namun dalam struktur masyarakatnya terdiri dari berbagai ...","og_url":"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/","og_site_name":"Jabaraktual","article_published_time":"2024-08-19T13:17:13+00:00","og_image":[{"width":860,"height":484,"url":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-content\/uploads\/2024\/08\/nu-bendera-diusung_1652791903.webp","type":"image\/webp"}],"author":"Jabar Aktual","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Ditulis oleh":"Jabar Aktual","Estimasi waktu membaca":"9 menit"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/","url":"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/","name":"Menelisik Gerakan Jam\u2019iyah NU di Perkotaan - Jabaraktual","isPartOf":{"@id":"https:\/\/jabaraktual.com\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-content\/uploads\/2024\/08\/nu-bendera-diusung_1652791903.webp","datePublished":"2024-08-19T13:17:13+00:00","dateModified":"2024-08-19T13:17:13+00:00","author":{"@id":"https:\/\/jabaraktual.com\/#\/schema\/person\/c9bc1fe82a6b1432c019a4f0eaef44b6"},"breadcrumb":{"@id":"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/#breadcrumb"},"inLanguage":"id","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"id","@id":"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/#primaryimage","url":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-content\/uploads\/2024\/08\/nu-bendera-diusung_1652791903.webp","contentUrl":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-content\/uploads\/2024\/08\/nu-bendera-diusung_1652791903.webp","width":860,"height":484,"caption":"Ilustrasi foto bendara NU (Foto. Dok. nuonline)."},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/jabaraktual.com\/menelisik-gerakan-jamiyah-nu-di-perkotaan\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/jabaraktual.com\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Menelisik Gerakan Jam\u2019iyah NU di Perkotaan"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/jabaraktual.com\/#website","url":"https:\/\/jabaraktual.com\/","name":"Jabaraktual","description":"Membuka Data Melihat Fakta","potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/jabaraktual.com\/?s={search_term_string}"},"query-input":{"@type":"PropertyValueSpecification","valueRequired":true,"valueName":"search_term_string"}}],"inLanguage":"id"},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/jabaraktual.com\/#\/schema\/person\/c9bc1fe82a6b1432c019a4f0eaef44b6","name":"Jabar Aktual","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"id","@id":"https:\/\/jabaraktual.com\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/0d6efb1ee5f30e6d47f22e70a84793c7?s=96&d=mm&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/0d6efb1ee5f30e6d47f22e70a84793c7?s=96&d=mm&r=g","caption":"Jabar Aktual"},"url":"https:\/\/jabaraktual.com\/author\/redaksi-jabaraktual\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/268","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-json\/wp\/v2\/users\/3"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=268"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/268\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":270,"href":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/268\/revisions\/270"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-json\/wp\/v2\/media\/269"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=268"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=268"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=268"},{"taxonomy":"newstopic","embeddable":true,"href":"https:\/\/jabaraktual.com\/wp-json\/wp\/v2\/newstopic?post=268"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}