Dari Gus Dur kita Belajar Pembaharuan NU (I)
Setelah wafat KH. Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) pada 30 Desember 2009 banyak murid dan pengikutnya menyebut bulan Desember sebagai bulan Gus Dur. Berbagai ucapan, tulisan,opini, esai, meme, dan diskusi-diskusi bertemakan tentang pemikiran Gus Dur diselenggarakan, bertebaran banner, leaflet digital memenuhi linimasa media sosial kita.
Jika boleh dikenakan dalam istilah sekarang Point of View (POV) Gus Dur merupakan pribadi yang unik, kompleks dan nyeleneh. Karena itu gagasan dan pemikiran Gus Dur sulit untuk dipahami, apalagi dalam satu sudut tafsiran. Maka ketika Gus Dur menjabat sebagai Presiden, ada lelucon anekdot tentang tiga misterius bahwa : ada tiga misteri Tuhan di dunia yang sulit dipahami manusia sebelum hal itu terjadi, “ jodoh, kematian dan Gus Dur.”
Maka bagi banyak orang pribadi Gus Dur merupakan sosok yang aneh, termasuk dalam kacamata pengikutnya dan kelompok intelektual sekalipun. Gus Dur kerap melontarkan atau tafsir tak terduga sebelumnya, ia bisa mengetahui sebelum hal yang belum terjadi, dalam makna tasawuf atau irfani mengandung hikmah yang mukasyafah dan misteri.
Dari Gus Dur bangsa ini belajar banyak hal, terutama tentang kemanusian, pluralis, toleransi keberagamaan, pribumisasi Islam, tradisionalisme, politik, demokrasi, jokes-jokes, dan tentunya belajar NU, yang mana tak berlebihan jika ada yang menyebut Gus Dur melampaui ayahnya (KH. Wahid Hasyim) dan kakeknya (KH. Hasyim ‘Asy’ari).
Ketika tahun 1977 Gus Dur semakin dihormati di Jakarta dan Jombang. Semakin banyak pula undangan untuk ceramah yang datang untuk mengisi ceramah atau menulis. Pada tahun yang sama Gus Dur ditawari jabatan sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Hasyim Asy’ari Jombang. Dengan senang hati ia menerima tawaran itu. Universitas Islam dengan diberi nama kakek Gus Dur yang didirikan oleh konsorsium pesantren Tebuireng. ( Greg Barton, 2016, hlm.123).
Kiai Bisri Syansuri Membujuk Gus Dur Jadi Pengurus Syuriah
Saat menjalankan karir sebagai pendidik di Universitas Hasyim Asy’ari, Gus Dur didekati pamannya Kiai Bisri Syansuri beberapa kali memintanya agar bergabung untuk pemeprtimbangkan jadi pengurus Dewan Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta. Ini merupakan permintaan paman dan sekaligus Kiai yang menjabat Rais Syuriah (pimpinan tertinggi NU), permintaan kiai sudah ketiga kali meminta Gus Dur agar bisa ikut ke Jakarta agar bergabung jadi pengurus Syuriah di PBNU. Gus Dur akhirnya menerima permintaan sang kiai tersebut, meski sebelumnya ada penolakan dari Gus Dur menerima ajakan dari pamannya itu. Gus Dur beralasan bahwa belum siap untuk memikul tanggung jawab di organisasi NU. Terlebih diingatnya bahwa ia merasa khawatir akan terjebak dalam permainan politik NU. Gus Dur membicarakan pada teman-teman dekatnya bahwa ia mempunyai keinginan mengembangkan diri untuk jadi intelektual publik dan tidak mau terikat pada struktur jam’iyah NU. Namun, Gus Dur juga menyadari bahwa tidak mungkin dirinya untuk terus bertahan pada keinginannya itu, oleh sebabnya ia diharapkan dapat memainkan peran formal di organisasi NU.( Barton, 2016, hlm.125).
Karena kecerdasan dan intelektual Gus Dur, ia mengawali karir organisasi NU pada Dewan Syuriah di PBNU. Menjadi bagian dari pengurus NU pada level Dewan Syuriah merupakan kehormatan tertinggi bagi setiap orang yang terpilih untuk bergabung pada jam’iyah NU, tak terkecuali Gus Dur. Selain memiliki kedudukan tertinggi, Syuriah merupakan sekumpulan para kiai-kiai tulus dan alim serta zuhud yang membawa keberkahan khusus bagi umat NU, terlebih zaman Gus Dur masih ada para muassis NU jadi pengurus Syuriah.
Bersama kakeknya Bisri Syansuri (Rois Syuriah PBNU) Gus Dur menjadi anggota Dewan Syuriah beberapa tahun. Di sini mulai terlihat secara dekat pengalaman ini melihat lebih jelas atas masalah-masalah dan cakupannya yang dihadapi oleh NU serta sekaligus memperkokoh reputasinya sebagai pemimpin muda NU yang penuh harapan. (Barton,2016, hlm.127).
Sepeninggal Kiai Bisri Syansuri pada tahun 1981, tidak mengendorkan semangatnya untuk tetap teratur mengikuti rapat-rapat dan konsolidasi dengan anggota Dewan Syuriah lain, ini pula semakin meneguhkan Gus Dur untuk memantapkan tinggal di Jakarta tidak mondar-mandir pergi ke Jombang. Di sebuah rumah sederhana daerah pinggiran Ibu Kota (Ciganjur) kala itu merupakan daerah pada lapangan luas yang selalu banjir, dan lebih memprihatinkan rumah tersebut kecil. Meski demikian relasi intelektual dapat memperkuat hubungan dengan Gus Dur hidup di DKI Jakarta dari pada tinggal di Jombang.
Wafatnya Kiai Bisri Syansuri merupakan kehilangan besar bagi keluarga besar NU, yang mana kala itu para Kiai di Dewan Syuriah memiliki kegelisahan karena dominasi Dewan Tanfidziah oleh para politikus. Oleh sebabnya Dewan Tanfidziah menjadi sasaran kritik pedas yang dilancarkan Dewan Syuriah. Bagi Kiai-Kiai yang berada di Dewan Syuriah, kala itu Dewan Tanfidziah dianggap telah mengabaikan kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan NU. Pada waktu itu Ketua Umum PBNU dipegang oleh KH. Idham Chalid. Ia telah menduduki posisi ini sejak tahun 1956. Kiai Idham Chalid merupakan Kiai yang tidak diragukan kepiawaiannya dalam politik, ia cukup berhasil memimpin NU melewati masa-masa yang sangat sulit, terutama selama pergantian dari rezim Soekarno ke Soeharto pada pertengahan tahun 1960-an (Barton,2016, hlm. 128).
Meski demikian pada tanggal 2 Mei 1982, dua hari sebelum dilangsungkannya Pemilu, empat kiai sepuh dari Dewan Syuriah berkumpul di Jakarta dan mendatangi rumah Idham Chalid di rumahnya di Cipete. Dari empat kiai ini adalah para pendiri NU, dan karena itu sangat berpengaruh. Mereka adalah guru Gus Dur, Rais Aam KH. Ali Ma’sum, KH. Mahrus Aly, KH. As’ad Syamsul Arifin, dan KH. Masykur. Para Kiai ia bertemu Idham, meminta agar melepaskan jabatan sebagai Ketua Umum PBNU.
Kiai Achmad Siddik, Gus Dur dan Gerakan Perubahan NU
Bagi para kiai yang berada di Dewan Syuriah yakin NU pada saat itu sedang tidak baik-baik. Maka dipandang perlu ada perubahan kepemimpinan sangat krusial organisasi ini dapat maju. Para kiai sepuh tersebut merasa bahwa para politikus terlalu mendominasi dalam tubuh Tanfidziah sehingga meminggirkan para kiai di Dewan Syuriah.
Kiai Achmad Siddik seorang ulama senior dua puluh empat tahun lebih tua dari Gus Dur kiai berjiwa pembaharu. ia bersama Gus Dur bekerja erat. Kedua ulama NU ini bekerjasama dengan baik dan berpengaruh besar dalam Dewan Syuriah. Mereka berdua selain mampu mengartikulasikan kehendak para ulama sepuh di Dewan Syuriah, dua kiai ini berdiskusi terbuka tentang pembaharuan dan berpikir perlunya ada perubahan dalam tubuh NU serta terbuka berbicara mengenai penafsiran individual (ijtihad) terhadap Al-Quran dan Sunnah, mereka juga sekaligus seperti perantara budaya, juga mampu menerjemahkan ide-ide modern dalam bahasa tradisi dengan ujaran-ujaran dapat diterima para ulama yang konservatif ( Barton, 2016,hlm.153).
Bersama Gus Dur kiai Achmad Siddik membentuk tim yang mengesankan dan banyak berharap bahwa keduanya akan memimpin NU di masa datang. Dalam usahanya ini dapat dorongan juga dari rekan-rekan Gus Dur yang dulu pernah di pesantren dan kini sudah menjadi kiai-kiai muda. Terlebih beberapa kiai sepuh yang berpengaruh mulai meminta Gus Dur agar mengisi ceramah di pesantren-pesantren mengenai perubahan dalam NU.
Dari diskusi-diskusi yang dilakukan Kiai Achmad Siddik dan Gus Dur serta kiai-kiai lain dari Syuriah, dibentuklah forum bagi kalangan kiai-kiai yang memiliki semangat pembaharuan dan intelektual muda agar mereka dapat bergumul dengan banyak hal yang sedang dihadapi oleh organisasi yang sedang sakit. Forum tersebut dinamai Dewan 24, dan tim tujuh, termasuk Gus Dur dan Kiai Achmad Siddik terpilih dan ditugasi untuk memetakan rencana pembaharuan NU. (Barton, 2016, hlm.157-158).
Kiai Achmad Siddik dan Gus Dur merupakan sosok penting dalam perubahan NU pasca kepemimpinan Idham Chalid, mereka berdua yang pertama melontarkan secara terbuka dalam tubuh NU perlu ada perubahan dan pembaharuan penafsiran individual terhadap Al-Quran dan Sunnah. Bagi Gus Dur Kiai Achmad Siddik lebih dari seorang sahabat, teman berdiskusi tentang pembaharuan NU dan bersikap terhadap Kia Ahmad Siddik seperti seorang ayah bagi Gus Dur.
Pembaharuan yang dirumuskan mereka paling krusial adalah terkait penerimaan NU terhadap Pancasila dan Asas Tunggal serta terlepasnya NU dari anasir-anasir politik praktis, kala itu bagaimana bisa terlepas dari dominasi partai PPP dalam tubuh NU sehingga pada saat itu para politikus yang berada pada Dewan Tanfidziah terlalu mengesampingkan kiai-kiai di Dewan Syuriah sebagai majelis tertinggi dalam organisasi NU. Kiai Achmad Siddik dan Gus Dur melakukan rumusan pembaharuan NU, di antaranya adalah NU harus lepas dari dominasi para politikus, memfungsikan kembali Dewan Syuriah dengan baik dan mengembalikan NU pada Khittah 1926 sebagai organisasi sosial keagamaan. [] Bersambung…
Penulis, WS Abdul Aziz Sekretaris Forum Jurnalis Jabar dan Alumni PDPKNU Kota Bandung (A1).
Redaksi
10 Des 2024
Beberapa hari lalu Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Bandung telah mengumumkan hasil resmi menetapkan rekapitulasi suara pada pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota (pilwakot) Bandung, Jumat tanggal 6/12/2024. Hasilnya, pasangan calon (paslon) nomor urut 3 Farhan-Erwin unggul dengan suara 523.000 (44,64%) dan untuk pasangan nomor urut 1 Dandan-Arif meraih 83.498 (7,13 %) nomor …
Redaksi
24 Nov 2024
Dalam pemilihan Walikota kali ini, ada dua kandidat yang memiliki irisan kultural mau pun struktural secara langsung baik dalam ideologis dan genealogis Nahdliyin. Pertama, kandidat calon Wakil Walikota Bandung 2024-2029 adalah H. Erwin sebagai Ketua PKB Kota Bandung dan ia salah satu pengurus struktural NU tepatnya di Badan Otonom (Banom) Pagar Nusa PC NU Kota …
Redaksi
23 Nov 2024
Hanya tinggal menghitung hari penduduk Kota Bandung berada di bilik suara pada pemilihan Walikota dan Wakil Walikota 2004-2029 tepatnya hari Rabu, 27 November 2024 menentukan pemimipin mereka selama 5 tahun ke depan. Elektoral tersebut serentak dengan pemilihan kepala Daerah lain di seluruh Indonesia. Bagi sebagian orang, paslon-paslon sekarang tidak begitu menarik sejak tahun 2013 pasca …
Redaksi
31 Okt 2024
Bandung, jabaraktual.com – Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdatul Ulama (ISNU) Jawa Barat menggelar pelantikan dan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) yang diselenggarakan di Hotel Puri Khatulistiwa, Sumedang, Kamis 31 Oktober 2024. Pelantikan dan rakelwil PW ISNU Jabar ini dihadiri langsung ketua umum PP ISNU Prof. Dr. KH. Ali Masykur Musa, M.Si., M.Hum. Dalam sambutannya, ia mengucapkan …
Redaksi
11 Okt 2024
Indonesia negara yang menempati rangking ke 62 dari 70, bersama 10 negara lain dengan rangking terendah dalam hal literasi. Hasil tersebut berdasarkan survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019. Sedangkan menurut Institut Statistik UNESCO (UIS) menyebutkan, tingkat literasi global pada kalangan …
Redaksi
06 Okt 2024
Dalam peradabanya Islam merupakan agama yang sangat mempengaruhi dunia, setelah Kristen. Islam selalu diidentikan di mana asal agama tersebut dilahirkan, yaltu bangsa ‘Arab. Tradisi ‘Arab sangat mempengaruhi ajaran Islam. Pada perjalanannya praktik Islam pun selalu terselipkan nilai-nilai budaya ‘Arab. Sehingga setiap kali Islam ditemui, maka tradisi ‘Arab kita jumpai. Lalu apakah tradisi ‘Arab menjadi praktik …
21 Agu 2024 579 views
Jakarta, jabaraktual.com – Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Muhammad Cholil Nafis memandang Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar dianggap tidak bisa diajak berdialog setelah tidak memenuhi undangan PBNU pada Selasa (21/8/2024). Hal tersebut disampaikan Kiai Cholil Nafis bersama Tim Panel PBNU lainnya yaitu Ketua PBNU Najib Azca, Ketua PBNU Umarsyah, …
17 Mar 2019 369 views
Jakarta – Indonesia berhasil mengalahkan Kamboja 2-0. Sempat buntu di babak pertama, Luis Milla mengubah taktik dan berbuah hasil. Bermain di Stadion Shah Alam, Malaysia, Kamis (24/8/2017) sore WIB, Luis Milla kembali menurunkan formasi andalal 4-2-3-1. Dengan target meraih kemenangan 3-0 atas Kamboja demi mengamankan tike ke semifinal. Marinus Maryanto Wanewar dimainkan sejak menit pertama. …
21 Agu 2024 363 views
Jakarta, jabaraktual.com – Panitia Khusus (pansus) PKB bentukan PBNU resmi memanggil Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar, Rabu (21/8/2024). Pemanggilan dilakukan berkaitan dengan kepemimpinan PKB yang dinilai telah melenceng dari fatsun awal partai ini didirikan. Di lansir dari nu online Muhaimin diminta datang ke ruang rapat Lantai 5 Gedung PBNU Jalan Kramat Raya Nomor 164 …
02 Okt 2024 311 views
Jabaraktual.com – Nahdlatul Ulama (NU) jadi rebutan para calon kepala daerah dan para politisi di tanah air tak tak terkecuali para kandidat Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung. Meski organisasi para ulama ini di Kota Bandung tak sebanyak di Jawa Tengah dan Jawa Timur, akan tetapi ceruk dari basis organisasi Islam terbesar ini, …
21 Agu 2024 281 views
Jakarta, jabaraktual.com Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Abdul Muhaimin Iskandar tidak memenuhi undangan dari panitia khusus bentukan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang mengurus hubungan antarkedua lembaga tersebut. “Hari ini saya diundang oleh PBNU melalui sebuah surat. Nah, saya mohon maaf enggak datang karena saya sengaja enggak datang,” kata pria yang akrab disapa Cak Imin di …
Comments are not available at the moment.