Home » Opini » Masyarakat Sipil, Gerakan Kultur, dan Sosial Enterprise

Masyarakat Sipil, Gerakan Kultur, dan Sosial Enterprise

Redaksi 26 Sep 2024 279

Jabaraktual.com – Gerakan sipil (civil society) berada dijantung paling bawah, ini menunjukan secara automatis mengetahui persoalan-persoalan yang sangat paling mendasar apa yang terjadi dilapisan masyarakat.

Para ilmuan sosial merumuskan tentang masyarakat sipil atau juga disebut masyarakat madani, ini mengandung makna masyarakat beradab adalah arena warga yang aktif menjalankan syiasah-syiasahnya, mepraktikan regulasi sebagaimana yang dilakukan dengan kekuasaan. Karena memuat arti masyarakat beradab (civilezed) yang menata aturan-aturan berdasarkan sistem hukum, tidak bersandar pada atau bukan atas dasar kekuasaan seorang despot. (William Outhwaite,2008).

Maka relasi negara dan publik harus terkoneksi membetuk bagian dari satu perkumpulan sosial menjalankan tujuan-tujuan program negara maupun masyarakat sipil, membentuk perkumpulan-perkumpulan, atau komunitas berlandaskan hukum-hukum yang berlaku.

Meski Adam Smith, Adam Ferguson, John Locke, dan Tom Paine, berpandangan bahwa negara dan masyarakat sipil ada ruang perbedaan dari negara dan memiliki bentuk serta prinsip tersendiri. (William Outhwaite,2008).

Masyarakat sipil pada dasarnya merupakan entitas berada pada ruang etik yang berada diantara keluarga dan negara. Namun, pada kenyataannya seringkali relasi ini menjadi absurd jika peran politik negara kotor, lalu menguasai dengan mengatur kekuasannya lebih despot terhadap kekuatan masyarakat, sehingga bisa terjadi pelemahan dan ketidak berdayaan masyarakat sipil, terutama terhadap masyarakat  sipil rentan, mereka akan lebih terpuruk, terutama dari sisi ekonomi, atau terjadi ketidakadilan sosial dari institusi negara teradap warganya.

Maka, dalam hal ini keadilan jadi prinsip yang paling mendasar dalam  intstitusi negara maupun perkumpulan sosial massa. Jika merujuk pada pandangan John Rawls, subjek utama keadilan adalah struktur dasar masyarakat, lebih tepatnya, bagaimana institusi sosial, lembaga sosial, atau kominutas sosial mendistribuiskan hak dan kewajiban mendasar serta keuntungan dari kerja kolaborasi sosial. (John Rawls,2011).

Oleh karena itu satu komunitas atau entitas yang memiliki visi yang sama membentuk kerja sosial atau gerakan politik di dasarkan pada nila-nilai keadilan itu. Dengan demikian maksud dan tujuan yang kita lakukan jadi maslahat bagi semua, terutama umat.

Berkhidmat Pada Gerakan Civil Kultur

Perkumpulan yang dibentuk masyarakat merupakan bagian dari gerkan civil society baik itu perkumpulan masyarakat keagamaan maupun non keagamaan. Organisasi civil yang paling berpengaruh di Indonesia bahkan di dunia, juga yang paling banyak pengikutnya adalah ormas ke-agama-an seperti Nahdlatul Ulama (NU).

Sejak didirikan pada 100 tahun yang lalu, NU telah tersebar diberbagai Kota, Kabupaten, Kecamatan, hingga tingkat Kelurahan, serta di banyak negara memiliki perwakilannya. Tak heran jika dalam laporan sebuah lembaga survei seperti Denny JA pada tahun 2023, umat Islam Indonesia yang merasa menjadi bagian dari NU sebesar 56,9%, berarti lebih dari separo populasi penduduk Indonesia.

Oleh karenanya masyarakat merasa ingin terakui jadi bagian dari ormas ke-agama-an NU, dan juga para jamaah NU yang sudah merasa mengamalkan faham Aswaja An-Nahdliyah dalam kesehariannya, merasa ingin pula terakui jadi muridnya Kiai Hayim ‘Asy’ari. Khidmat para jamaah pada jam’iyah yang didirikan Kiai Hasyim ini, tentu mereka ingin menggerakan segala potensi dirinya, mereka ingin berkhidmat dan membesarkan NU.

Para jamaah NU tentu berkeinginan sekali diakui jadi muridnya Kiai Hasyim ‘Asy’ari dan juga dapat keberkahan dari para muasis NU lainnya. Maka dengan itu tak heran jika para jama’ahnya berebut ingin bekhidmat di NU.

Bagaimana agar bisa berkhidmat di NU? Hanya ada tiga jalan kita bisa berkhidmat pada ormas terbesar di dunia ini, setidaknya ada tiga jalur untuk berkhidmat di NU :

1. Struktural.

2. Politik (Syiasah An-Nahdliyah).

3. Kultural.

Nomor 1 dan 2 selain memiliki kiat tertu, juga yang bisa melakukan lewat jalur no 1 dan 2, mereka orang-orang yang memang sebelumnya sudah terpupuk lewat pengkaderan yang ketat pada semua jenjang, dan terkader secara formal lewat pengkaderan internal organisasi struktur jam’iyah NU dan jalur pengkaderan politik yang didirikan oleh NU. Yang paling memungkinkan bagi orang yang tidak melewati jenjang dari no 1 dan 2, mereka yang sebelumnya secara genealogis dan idelogis berfaham Ahlussunnah Wal Jama’ah An-Nahdliyah dalam keseharian amalan ibadahnya sama, maka lewat kerja kultural atau kebudayaan lah cara agar bisa berkidmat pada jam’iyah NU.

Adapun jalur kultur yang tak terserap pada jalur 1 dan 2 di atas adalah salah satu cara mewujudkan khidmat kita pada jam’iyah NU, kita harus berani membangun base model lewat gerakan sosial, seperti membangun sosial enterprise dikelola secara profesional, dengan memperbanyak  mendirikan Lembaga-lembaga sosial yang benafit, salah satunya mengajukan perusahan sosial yang  dapat manfaat dari gerakan  sosial tersebut seperti mendirikan Yayasan atau lembaga-lembaga amal sejenis lewat jalur kultural.

 Sosial Enterprise?

Sosial enterprise atau perusahaan sosial dalam banyak studi adalah contoh model organisasi atau komunitas yang menggunakan base model usaha sosial, benafit atau manfaatnya untuk mengatasi tantangan sosial dan lingkungan. Dalam perusahan sosial hanya ada tiga cara agar tujuan sosial dapat mengumpulkan pendapatan pendanaan tersebut berasal dari :

1. Sumbangan

2. Hibah pemerintah.

3. Pendapatan yang diperoleh dari regulasi internal. Maka jalan ketiga ini adalah akar dari perusahaan sosial atau yang biasa disebut “sosial enterprise”

Perusahaan sosial mampu mencapai ini dengan berbagai cara. Beberapa perusahaan sosial menyediakan layanan yang sangat dibutuhkan untuk komunitas yang rentan—seperti Grameen Bank, lembaga keuangan mikro untuk komunitas berpenghasilan terendah di dunia, yang dibuat oleh pelopor perusahaan sosial Muhammad Yunus di Bangladesh yang mengembangkan konsep kredit mikro, yaitu pengembangan pinjaman skala kecil untuk usahawan miskin yang tidak mampu meminjam dari bank umum.

Perusahaan sosial lainnya menciptakan dampak positif dengan menciptakan lapangan kerja bagi populasi yang rentan dan atau menjual barang dan jasa untuk mendanai kegiatan amal, seperti yang dilakukan ME to WE di Kanada. Base model utama dari perusahaan sosial adalah keberlanjutan.

Di era pendanaan dari pemerintah yang menurun bahkan sulit untuk diakses, badan amal tradisional seperti Yayasan merasa semakin sulit untuk menemukan dukungan jangka panjang yang dapat diandalkan untuk projek-projek sosialnya.

Perusahaan sosial seperti Grameen Bank di Bangladesh dan ME to WE di Kanada, kedua Lembaga sosial ini sangat mandiri, memberdayakan mitra mitra, seperti WE sebagai Charity, dengan keamanan finansial untuk memastikan dampak jangka panjang. Dengan menerapkan pendekatan bisnis yang inovatif.

Social Enterprises yang dipraktikan lembaga sosial seperti ME to WE di Kanada tersebut sudah menyumbangkan tahunannya rata-rata lebih dari 90% keuntungannya untuk WE Charity. Selama bertahun-tahun sejak tahun 2009 didirikan, ME to WE Social Enterprise telah menyumbangkan lebih dari 20 juta dolar dalam bentuk uang tunai dan layanan dalam bentuk barang  pada masyarakat.

Menciptakan lapangan pekerjaan yang memberdayakan di wilayah WE Village pedesaan yang kurang terlayani dari Negara di seluruh dunia dalam bidang perjalanan ramah lingkungan, produk kerajinan, dan barang habis pakai Fairtrade untuk membantu keluarga keluar dari kemiskinan.

ME to WE memberikan layanan untuk membantu lembaga amal, khususnya menjadi tuan rumah bagi para donatur WE Charity yang mengunjungi proyek-proyek amal dan beasiswa pengabdian kepada pemuda. ME to WE telah menghasilkan puluhan juta dolar yang disumbangkan langsung oleh para donatur ini kepada lembaga amal WE.

Jadi perusahaan sosial adalah jawaban, ini dapat menemukan solusi untuk tantangan sosial dan lingkungan terbesar yang dihadapi masa kini—solusi yang akan berada di luar kapasitas badan amal tradisional.

Karena kita berbicara dalam bahasa yang sama, perusahaan sosial memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dalam membangun kemitraan dengan dunia bisnis, memanfaatkan koneksi perusahaan dan infrastruktur atau instrument politik yang berkeadaban untuk meningkatkan dampak bahkan lebih besar seperti yang sudah dilakukan perusahan sosial Grameen Bank di Bangladesh dan ME to WE di Kanada melalui kemitraan mereka dengan institusi-institusi yang sadar sosial di seluruh Indonesia. []

 

Penulis, WS Abdul Aziz, Pegiat NU di Kota Bandung dan  Sekretaris Forum Jurnalis Jabar.

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
Dari Gus Dur kita Belajar Pembaharuan NU (I)

Redaksi

18 Des 2024

Setelah wafat KH. Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) pada 30 Desember 2009 banyak murid dan pengikutnya menyebut bulan Desember sebagai bulan Gus Dur. Berbagai ucapan, tulisan,opini, esai, meme, dan diskusi-diskusi bertemakan tentang pemikiran Gus Dur diselenggarakan, bertebaran banner, leaflet digital memenuhi linimasa media sosial kita. Jika boleh dikenakan dalam istilah sekarang Point of View …

Kemenangan Farhan-Erwin antara Enigmatis dan Harapan ?

Redaksi

10 Des 2024

Beberapa hari lalu Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Bandung telah mengumumkan hasil resmi menetapkan rekapitulasi suara pada pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota (pilwakot) Bandung, Jumat tanggal 6/12/2024. Hasilnya, pasangan calon (paslon) nomor urut 3 Farhan-Erwin unggul dengan suara 523.000 (44,64%) dan untuk pasangan nomor urut 1 Dandan-Arif meraih 83.498 (7,13 %) nomor …

Farhan-Erwin Jadi Preferensi Politik Paling Rasional Warga Nahdliyin

Redaksi

24 Nov 2024

Dalam pemilihan Walikota kali ini, ada dua kandidat yang memiliki irisan kultural mau pun struktural secara langsung baik dalam ideologis dan genealogis Nahdliyin. Pertama, kandidat calon Wakil Walikota Bandung 2024-2029 adalah H. Erwin sebagai Ketua PKB Kota Bandung dan ia salah satu pengurus struktural NU tepatnya di Badan Otonom (Banom) Pagar Nusa PC NU Kota …

Sengkarut Dunia Literasi Kita

Redaksi

11 Okt 2024

Indonesia negara  yang menempati rangking ke 62 dari 70, bersama 10 negara lain dengan rangking terendah dalam hal literasi. Hasil tersebut berdasarkan survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019. Sedangkan menurut Institut Statistik UNESCO (UIS) menyebutkan, tingkat literasi global pada kalangan …

Islam dan Nalar Arab

Redaksi

06 Okt 2024

Dalam peradabanya Islam merupakan agama yang sangat mempengaruhi dunia, setelah Kristen. Islam selalu diidentikan di mana asal agama tersebut dilahirkan, yaltu bangsa ‘Arab. Tradisi ‘Arab sangat mempengaruhi ajaran Islam. Pada perjalanannya praktik Islam pun selalu terselipkan nilai-nilai budaya ‘Arab. Sehingga setiap kali Islam ditemui, maka tradisi ‘Arab kita jumpai. Lalu apakah tradisi ‘Arab menjadi praktik …

Mengenal Filsafat Sejarah (1)

Redaksi

03 Okt 2024

Membicarakan filsafat sejarah bukan sekedar sedang berbicara potongan-potongan peristiwa sejarah di masa lalu. Akan tetapi lebih jauh filsafat sejarah upaya untuk menafsir ulang perjalanan sejarah dalam bangunan teori filsafat. Meneliti berbagai macam metodologi yang diciptakan oleh para pemikir sejarah, baik dari kalangan kelompok pemikir ekperimentalis maupun kelompok pemikir rasionalis. Filsafat sejarah tak sekedar berbicara tetang …

Hot Categories
x
x